DIAGNOSA
KEPERAWATAN NYERI AKUT APLIKASI NNANDA, NOC, NIC
NYERI AKUT
A. Definisi
Sensori yang
tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jaringan
baik secara aktual atau potensial atau merupakan kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional) yang terjadi secara tiba-tiba atau dengan waktu
yang lama dengan intensitas ringan sampai berat dan dapat diantisipasi atau
diprediksikan dan lamanya kurang dari 6 bulan.
B. Batasan Karakteristik
- Laporan secara verbal atau nonverbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgik (menghindari nyeri)
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng (nyeri)
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek,
sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh
jalan-jalan, menemui orang lain dan atau aktivitas berulang-ulang
- Respon autonom (seperti berkeringat,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan otonom dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
C. Faktor Yang Berhubungan
Agen injury
(biologi, kimia, fisik, psikologis)
NOC
- Tingkat kenyamanan
- Kontrol nyeri
- Nyeri : efek yang merusak
- Tingkat nyeri
NIC
- Accupressure
- Pemberian analgetik
- Pemberian analgetik : intraspinal
- Pemberian anestesia
- Penurunan cemas
- Pemberian obat penenang
- Stimulasi pada kutan
- Manajemen lingkungan : kenyamanan
- Penurunan gas dalam perut
- Aplikasi panas atau dingin
- Perawatan intrapartal : beresiko tinggi
- Pemberian medikasi
- Pemberian pengobatan : intrapleural
- Manajemen pengobatan
- Penentuan pengobatan
- Manajemen nyeri
- Bantuan kontrol analgetik
- Manajemen rektal prolaps
- TENS (Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation)
NOC
(Nursing
Outcomes Classification)
1.
Comfort level (tingkat kenyamanan)
Domain
: Penerima Kesehatan
Kelas
: Status gejala
Skala
: Tidak pernah sampai sangat luas
Definisi: Perasaan fisik dan
psikologi yang tenang
|
||||||
No
|
Indikator
|
Tidak pernah
1
|
Terbatas
2
|
Sedang
3
|
Luas
4
|
Sangat luas
5
|
1
|
Melaporkan
kesejahteraan fisik
|
|||||
2
|
Melaporkan
kepuasan dengan kontrol gejala
|
|||||
3
|
Melaporkan
kesejahteraan psikologis
|
|||||
4
|
Mengekspresikan
kepuasan hati dengan lingkungan fisik
|
|||||
5
|
Mengekspresikan
kepuasan hati dengan hubungan sosial
|
|||||
6
|
Mengekspresikan
kepuasan spiritual
|
|||||
7
|
Melaporkan
kepuasan dengan tingkat kebebasan
|
|||||
8
|
Mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol nyeri
|
|||||
9
|
Lainnya……..(spesifik)
|
2.
Pain Control (Kontrol Nyeri)
Domain
: Pengetahuan dan perilaku kesehatan
Kelas
: Perilaku kesehatan
Skala
: Never demonstrated to consistently demonstrated (tidak pernah dilakukan
sampai terus menerus dilakukan)
Definisi: Tindakan seseorang untuk
mengatasi nyeri
|
||||||
No
|
Indikator
|
Tidak pernah dilakukan
1
|
Jarang dilakukan
2
|
Kadang-kadang dilakukan
3
|
Sering dilakukan
4
|
Terus menerus dilakukan
5
|
1
|
Mengenal
penyebab nyeri
|
|||||
2
|
Mengenal
onset nyeri
|
|||||
3
|
Tindakan
pencegahan
|
|||||
4
|
Tindakan
pertolongan non-analgetik
|
|||||
5
|
Menggunakan
analgetik dengan tepat
|
|||||
6
|
Mengenal
tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan
|
|||||
7
|
Menggunakan
sumber-sumber yang ada
|
|||||
8
|
Mengenal
gejala nyeri
|
|||||
9
|
Melaporkan
gejala-gejala kepada tenaga kesehatan profesional
|
|||||
10
|
Melaporkan
kontrol nyeri
|
|||||
11
|
Menggunakan
catatan nyeri (pain diary)
|
3.
Pain : Disruptive Effects (Nyeri : Efek yang merusak)
Domain
: Perceived health
Kelas
: Status gejala
Skala
: Berat sampai ringan
Definisi: Melaporkan atau menunjukkan efek
nyeri yang mengganggu pada emosi dan perilaku
|
||||||
No
|
Indikator
|
Berat
1
|
Agak berat
2
|
Sedang
3
|
Sedikit berat
4
|
Ringan
5
|
1
|
Gangguan
hubungan interpersonal
|
|||||
2
|
Gangguan
penampilan peran
|
|||||
3
|
Gangguan
dalam bermain
|
|||||
4
|
Aktivitas
di waktu luang yang bermasalah
|
|||||
5
|
Pekerjaan
yang bermasalah
|
|||||
6
|
Kesenangan
hidup yang bermasalah
|
|||||
7
|
Kemampuan
kontrol yang bermasalah
|
|||||
8
|
Gangguan
konsentrasi
|
|||||
9
|
Harapan
yang bermasalah
|
|||||
10
|
Gangguan
mood
|
|||||
11
|
Kesabaran
berkurang
|
|||||
12
|
Gangguan
tidur
|
|||||
13
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
|||||
14
|
Gangguan
perawatan diri
|
|||||
15
|
Nafsu
makan berkurang
|
|||||
16
|
Kesulitan
makan
|
|||||
17
|
Gangguan
eliminasi
|
|||||
18
|
Lainnya……..
(spesifik)
|
4.
Pain Level (tingkat nyeri)
Domain
: Perceived health
Kelas
: Status gejala
Skala
: Berat sampai ringan
Definisi: Gambaran nyeri atau nyeri yang
ditunjukkan
|
||||||
No
|
Indikator
|
Berat
1
|
Agak berat
2
|
Sedang
3
|
Sedikit berat
4
|
Ringan
5
|
1
|
Melaporkan
nyeri
|
|||||
2
|
Pengaruh
pada tubuh
|
|||||
3
|
Frekuensi
nyeri
|
|||||
4
|
Lamanya
episode nyeri
|
|||||
5
|
Ekspresi
mulut saat nyeri
|
|||||
6
|
Ekspresi
muka saat nyeri
|
|||||
7
|
Posisi
melindungi bagian tubuh yang nyeri
|
|||||
8
|
Kegelisahan
|
|||||
9
|
Ketegangan
otot
|
|||||
10
|
Perubahan
rata-rata respirasi
|
|||||
11
|
Perubahan
nadi
|
|||||
12
|
Perubahan
tekanan darah
|
|||||
13
|
Perubahan
ukuran pupil
|
|||||
14
|
Berkeringat
|
|||||
15
|
Kehilangan
nafsu makan
|
|||||
16
|
Lainnya…….(spesifik)
|
NIC
(Nursing Intervention Classification)
1. Accupressure
Definisi:
Merupakan tindakan aplikasi, berupa penekanan pada titik tubuh untuk
mengurangi nyeri, menghasilkan relaksasi, dan mencegah atau menurunkan mual.
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Identifikasi
adanya kontraindikasi, seperti cedera kepala, kerusakan jaringan, infeksi,
kondisi gawat jantung, dan anak-anak
|
2
|
Tentukan
jenis aplikasi akupresur untuk pasien khusus/tertentu
|
3
|
Menentukan
persetujuan individu pada kenyamanan psikologi dengan sentuhan
|
4
|
Menentukan
hasil yang diharapkan
|
5
|
Mengacu
pada tes akupresur untuk menyesuaikan dengan etiologi, lokasi, dan gejala
pada titik penekanan yang cocok setelah latihan teknik akupresur lanjutan.
|
6
|
Tentukan
titik penekanan mana yang distimulasi, sesuai hasil yang ingin di capai
|
7
|
Jelaskan
kepada pasien jika anda ingin mencari daerah yang distimulasi
|
8
|
Menganjurkan
pasien relaks selama stimulasi
|
9
|
Periksa
mendalam dengan jari, ibu jari, atau buku jari untuk titik tekanan yang
sensitif pada lokasi penekanan
|
10
|
Observasi
isyarat verbal atau postural untuk mengidentifikasi lokasi yang diharapkan
(seperti pasien bilang “ouch”)
|
11
|
Stimulasi
titik penekanan dengan penekanan menggunakan jari, ibu jari, atau buku jari
dan gunakan berat badan untuk menentukan tekanan yang diberikan
|
12
|
Gunakan
tekanan jari atau manset lengan untuk melakukan tekanan pada titik yang
terseleksi untuk perawatan mual
|
13
|
Lakukan
penekanan mantap pada nyeri akibat hipertonik jaringan otot sampai terasa
rileks dan dilaporkan adanya penurunan nyeri, biasanya 15 sampai 20 detik
|
14
|
Ulangi
prosedur yang sama pada bagian tubuh yang berlawanan
|
15
|
Rawat
bagian kontralateral dahulu pada area yang sangat lunak/lembut
|
16
|
Lakukan
penekanan mantap sampai mual berkurang atau pertahankan manset selama jangka
waktu tak tebatas selama mual masih ada atau terantisipasi.
|
17
|
Observasi
untuk relaksasi dan pengungkapan secara verbal penurunan ketidaknyamanan
selama mual
|
18
|
Gunakan
aplikasi akupresure setiap hari selama satu minggu pertama untuk perawatan
nyeri
|
19
|
Anjurkan
untuk menggunakan teknik relaksasi dan atau latihan pelenturan di antara
perawatan
|
20
|
Ajarkan
pada keluarga/seseorang yang berarti untuk memberikan perlakuan/perawatan
dengan akupresur
|
21
|
Dokumentasikan
tindakan dan respon pasien selama akupresure.
|
2. Pemberian Analgetik
Definisi:
Menggunakan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Tentukan
lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan berat nyeri sebelum memberikan
pengobatan
|
2
|
Cek
catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik
|
3
|
Kaji
adanya alergi obat
|
4
|
Evaluasi
kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan jenis analgetik, rute,
dan dosis yang akan digunakan
|
5
|
Pilih analgetik
atau kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
|
6
|
Tentukan
pilihan jenis analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti
inflamasi non steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri
|
7
|
Pilih
rute, IV,IM untuk pemberian pengobatan injeksi
|
8
|
Berikan
tanda pada narkotik dan obat terbatas lain, sesuai dengan protokol
|
9
|
Monitor
tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama
kali atau jika muncul tanda yang tidak biasanya
|
10
|
Kaji kebutuhan
akan kenyamanan atau aktivitas lain yang membantu relaksasi untuk
memfasilitasi respon analgetik
|
11
|
Berikan
analgetik sesuai jam pemberian
|
12
|
Set
harapan positif dari keefektifan analgetik agar respon pasien optimis
|
13
|
Berikan
analgetik lain dan atau pengobatan lain jika diperlukan untuk memperkuat
reaksi analgetik
|
14
|
Gunakan
pemasukan berlanjut, apakah sendiri atau bersamaan dengan opioid bolus, untuk
mempertahankan tingkat serum
|
15
|
Lakukan
tindakan pencegahan untuk keamanan (safety precautions) dalam memberikan
analgetik narkotik, jika memungkinkan
|
16
|
Instruksikan
untuk meminta PRN pengobatan nyeri sebelum nyeri bertambah berat
|
17
|
Informasikan
kepada individu dengan pemberian narkotik, mengantuk kadang-kadang muncul
pada 2 atau 3 hari pertama kemudian berkurang
|
18
|
Koreksi
konsep/mitos pasien dan keluarga yang salah tentang anlgetik, misalnya opioid
(ketagihan dan resiko overdosis)
|
19
|
Evaluasi
keefektifan analgetik dengan frekuensi interval teratur setiap pemberian,
tetapi terutama setelah dosis awal, observasi tanda dan gejala serta efek
obat (misalnya depresi pernafasan, mual muntah, mulut kering, dan konstipasi)
|
20
|
Dokumentasikan
respon analgetik dan efek yang muncul
|
21
|
Evaluasi
dan dokumentasikan tingkat sedasi pasien yang mendapatkan opioid.
|
22
|
Lakukan
tindakan untuk mengurangi efek analgetik (misal konstipasi dan iritasi
lambung)
|
23
|
Kolaborasikan
dengan dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval
diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan
analgetik
|
24
|
Ajarkan
tentang kegunaan anlgetik, strategi untuk menurunkan efek samping, dan
harapan untuk keterlibatan pembuatan keputusan tentang penurunan nyeri.
|
3. Pemberian analgetik: Intraspinal
Definisi:
Pemberian agen farmakologi ke epidural atau intrathecal untuk mengurangi atau
mengeliminasi nyeri
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Cek
kepatenan dan fungsi dari kateter, jalan masuk, dan atau pompa
|
2
|
Pastikan
akses IV ditempat selama terapi
|
3
|
Berikan
label pada kateter
|
4
|
Pastikan
formulasi obat yang digunakan (konsentrasi tinggi dan bebas bahan pengawet)
|
5
|
Pastikan
antagonis narkotik tersedia untuk pemberian darurat atas resep dokter
|
6
|
Mulai
pemasukan analgetik setelah pemasangan kateter dengan tepat dan monitor
rata-rata pemakaian obat sesuai dosis yang diresepkan
|
7
|
Monitor
suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, dan tingkat kesadaran
|
8
|
Monitor
tingkat blokade/pemblokiran dengan interval yang sesuai
|
9
|
Monitor
tempat pemasangan kateter dan balutan dan cek lepasnya kateter dan balutan
yang basah
|
10
|
Lakukan
perawatan tempat kateter sesuai protokol
|
11
|
Pastikan
jarum dengan balutan dan lakukan perawatan sesuai protokol
|
12
|
Monitor
reaksi yang merugikan termasuk depresi pernafasan, retensi urin, kejang,
mual, dan muntah
|
13
|
Monitor
tekanan darah ortostatik dan nadi sebelum melakukan ambulasi dini
|
14
|
Anjurkan
pasien melaporkan adanya efek samping, perubahan rasa nyeri, rasa kesemutan
di ekstremitas, dan bantuan saat mulai ambulasi
|
15
|
Ikuti
petunjuk pemberian injeksi analgetik pada tempat pemasukan injeksi
|
16
|
Berikan
medikasi yang diresepkan (misal antidepresan, antikonvulsan/anti kejang, dan
obat anti inflamasi dan anti steroid)
|
17
|
Naikkan
dosis intraspinal, berdasar skor intensitas nyeri
|
18
|
Ajarkan
pasien menggunakan agen nonfarmakologi (misal terapi relaksasi sederhana,
bimbingan imajinasi) untuk meningkatkan keefektifan farmakologi
|
19
|
Ajarkan
pada pasien tentang perawatan di rumah untuk eksternal atau penanaman sistem
|
20
|
Bantu
klien melepas kateter sesuai protokol
|
4. Pemberian Anesthesia
Definisi:
Persiapan dan pemberian agen anestesi dan memonitor respon pasien selama
pemberian
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Identifikasi
dan verifikasi pasien
|
2
|
Dokumentasikan
riwayat kesehatan pasien dan pemeriksan fisik, evaluasi kondisi sebelum
pemberian, alergi, dan kontraindikasi untuk anestesi jenis atau teknik
tertentu
|
3
|
Permintaan
konsultasi, sesuai dengan hasil diagnostik dan laboratorium, berdasar status
kesehatan pasien dan diusulkan pembedahan
|
4
|
Kembangkan
dan dokumentasikan rencana anestesi sesuai dengan pasien dan prosedur.
|
5
|
Kolaborasikan
dengan tenaga kesehatan tentang semua fase dalam perawatan anestesi
|
6
|
Informasikan
hasil yang diharapkan dari anestesi, jawab semua pertanyaan dan berikan
perhatian
|
7
|
Berikan
inform concent
|
8
|
Cek
kembali semua persiapan dan keamanan sebelum masing-masing pemberian
anestesi
|
9
|
Yakinkan
keberadaan peralatan esensial untuk kegawatan dan resusitasi
|
10
|
Mulai
monitoring jalur intravena dan invasif serta monitoring tindakan non invasif
|
11
|
Berikan
pengobatan preanestesi dan cairan
|
12
|
Bantu
perpindahan pasien dari ruang penerima ke meja ruang operasi
|
13
|
Posisikan
pasien untuk mencegah kerusakan syaraf dan luka akibat penekanan
|
14
|
Yakinkan
tempat yang aman dengan tali pengikat dan keseluruhan keamanan pasien selama
perawatan anestesi
|
15
|
Berikan
pengurangan nyeri yang konsisten sesuai kebutuhan fisiologi pasien,
pertimbangan klinis, permintaan pasien dan standar praktek untuk perawat
anestesi.
|
16
|
Kaji dan
pertahankan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat selama perawatan anestesi
|
17
|
Tentukan
perkiraan kehilangan darah dan persiapan darah, jika diperlukan
|
18
|
Hitung
perkiraan kebutuhan cairan dan berikan cairan intravena jika perlu
|
19
|
Monitor
tanda vital, respirasi, dan sirkulasi yang adekuat, respon anestesi dan
parameter fisiologi lain, ukur dan evaluasi hasil laboratorium
|
20
|
Berikan
kebutuhan obat dan cairan untuk mengatur pemberian obat anestesi, pertahankan
homeostasis fisiologis dan koreksi respon yang tidak diinginkan dari
pemberian anestesi dan pembedahan
|
21
|
Sediakan
proteksi mata
|
22
|
Kaji dan
atur kegawatan klinis dari anestesi dengan pemberian obat, cairan, dukungan
ventilasi sesuai yang diindikasikan
|
23
|
Pindahkan
pasien keruang postanestesi atau ruang rawat intensif dengan monitoring dan
terapi oksigen
|
24
|
Berikan
laporan pasien secara lengkap kepada perawat di unit intensif
|
25
|
Monitor
nyeri postoperasi dan efek samping anestesi
|
26
|
Pastikan
pemulihan dan kestabilan pasien pada periode post operatif sebelum pindah
keruang rawat
|
27
|
Lakukan
evaluasi tindak lanjut dan perawatan berhubungan dengan efek samping anestesi
dan komplikasi setelah keluar dari area ruang rawat posanestesi
|
5. Penurunan cemas
Definisi:
Meminimalkan keprihatinan, rasa takut, persangkaan, atau rasa gelisah
dihubungkan dengan sumber yang tidak teridentifikasi dari antisipasi
bahaya
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Gunakan
pendekatan yang tenang
|
2
|
Jelaskan
hasil yang diharapkan dari perilaku pasien
|
3
|
Jelaskan
semua prosedur, termasuk pengalaman yang dirasakan selama prosedur
|
4
|
Pahami
perspektif pasien terhadap kondisi yang penuh stress
|
5
|
Berikan
informasi yang aktual terkait diagnosa, pengobatan, dan prognosa
|
6
|
Temani
pasien untuk meningkatkan rasa aman dan menurunkan ketakutan
|
7
|
Tanyakan
apakah pasien ingin ditunggu anaknya, jika memungkinkan
|
8
|
Berikan
benda yang menyimbolkan keamanan
|
9
|
Lakukan
back rub/neck rub, jika mungkin
|
10
|
Menganjurkan
aktivitas yang tidak kompetitif, jika mungkin
|
11
|
Jaga agar
peralatan pengobatan tidak terlihat oleh pasien
|
12
|
Jadilah
pendengar yang baik
|
13
|
Berikan
penghargaan perilaku
|
14
|
Buat
suasana yang memfasilitasi rasa percaya pasien
|
15
|
Menganjurkan
pasien mengungkapkan perasaan, persepsi, dan rasa takut
|
16
|
Identifikasi
kapan tingkat cemas berubah
|
17
|
Berikan
aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan
|
18
|
Bantu
pasien mengidentifikasi pencetus rasa cemas
|
19
|
Kontrol
stimulus, jika mungkin, sesuai kebutuhan pasien
|
20
|
Dukung
penggunaan mekanisme pertahanan pasien
|
21
|
Bantu
pasien mendapatkan gambaran realistik dari tindakan yang akan dilakukan
|
22
|
Kaji
kemampuan klien dalam mengambil keputusan
|
23
|
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
|
24
|
Berikan
pengobatan untuk menurunkan cemas, jika mungkin
|
6. Pemberian obat penenang
Definisi:
Pemberian penenang, monitor respon pasien, pemenuhan dukungan psikologis
selama prosedur diagnostik atau terapeutik
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Kaji
kembali riwayat kesehatan pasien dan hasil tes diagnostik untuk menentukan
apakah memenuhi kriteria untuk pemberian obat penenang
|
2
|
Tanyakan
apakah pasien atau keluarga punya pengalaman tentang pemberian sedasi
|
3
|
Cek alergi
obat
|
4
|
Kaji
apakah pasien menjalani pembatasan diet
|
5
|
Kaji
program pengobatan klien saat ini, dan apakah ada kontraindikasi jika
diberikan sedasi
|
6
|
Berikan
penjelasan tentang efek sedasi kepada keluarga dan klien
|
7
|
Evaluasi
tingkat kesadaran klien dan proteksi refleks ketika klien sadar kembali
|
8
|
Observasi
tanda vital
|
9
|
Observasi
saturasi oksigen dan irama EKG
|
10
|
Pasang IV
line
|
11
|
Berikan
pengobatan sesuai dengan instruksi dokter dan sesuai protokol
|
12
|
Monitor
tingkat kesadaran klien dan tanda vital sesuai protokol
|
13
|
Monitor
saturasi oksigen
|
14
|
Monitor
EKG
|
15
|
Monitor
efek samping dari sedasi, termasuk agitasi, depresi pernafasan, hipoksemia,
aritmia, apnea, atau kekambuhan seperti kondisi sebelumnya
|
16
|
Restrain
pasien
|
17
|
Yakinkan pemberian benzodiazepine
antagonis reseptor (flumazenil) sesuai order dokter dan protokol
|
18
|
Yakinkan
pemberian antagonis narkotik sesuai protokol
|
19
|
Tentukan
apakah klien sudah boleh keluar atau berpindah
|
20
|
Pindahkan
klien sesuai protokol
|
21
|
Dokumentasikan
reaksi dan respon pasien
|
7. Cutaneus stimulation : stimulasi pada kutan
Definisi:
Stimulasi pada kulit dan dibawah jaringan untuk menurunkan tanda dan gejala
yang tidak diinginkan seperti nyeri, spasme otot, atau inflamasi
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Diskusikan
variasi metode pada stimulasi kulit, efeknya terhadap sensasi, dan harapan
pasien selama kegiatan
|
2
|
Seleksi
strategi stimulasi kutan yang spesifik, berdasar pada keinginan pasien,
kemampuan untuk berrpartisipasi, kesukaan, dukungan orang dekat, dan kontraindikasi
|
3
|
Pilih tipe
stimulasi kutan yang sesuai untuk pasien dan kondisinya (misal masase,
dingin, es, panas, mentol, vibrasi, atau TENS)
|
4
|
Lakukan
sesuai indikasi, frekuensi, dan prosedur aplikasi
|
5
|
Aplikasikan
stimulasi secara langsung disekitar area yang dipakai
|
6
|
Pilih
tempat stimulasi, pertimbangkan alternatif tempat lain jika aplikasi langsung
tidak memungkinkan
|
7
|
Pertimbangkan
titik penekanan pada area yang distimulasi, jika mungkin
|
8
|
Tentukan
lama dan frekuensi stimulasi, sesuai metode yang dipakai
|
9
|
Anjurkan
untuk menggunakan stimulasi yang teratur, jika mungkin
|
10
|
Ajak
keluarga untuk berpartisipasi, jika mungkin
|
11
|
Seleksi
metode atau tempat alternatif untuk stimulasi, jika tujuan tidak dapat
tercapai
|
12
|
Hentikan
stimulasi, jika nyeri bertambah atau terjadi iritasi kulit
|
13
|
Evaluasi
dan dokumentasikan respon klien selama stimulasi
|
8. Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
Definisi:
Tindakan manipulasi lingkungan pasien untuk mengoptimalkan kenyamanan
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Sediakan
ruangan yang sama dengan lingkungan yang diinginkan, jika mungkin dan sesuai
|
2
|
Batasi
pengunjung
|
3
|
Hindari
mengganggu yang tidak dibutuhkan dan sediakan waktu istirahat
|
4
|
Tentukan
sumber ketidaknyamanan, seperti baju yang lembab, posisi pipa, baju yang
ketat, linen tempat tidur yang kerut, dan iritan lingkungan
|
5
|
Siapkan
ruangan bersih dan tempat tidur yang nyaman
|
6
|
Atur suhu
ruangan yang nyaman bagi pasien, jika mungkin
|
7
|
Pindahkan
atau sediakan selimut untuk meningkatkan kenyamanan, jika diindikasikan
|
8
|
Hindarkan
paparan yang tidak perlu, banyak angin, terlalu panas, dan dingin
|
9
|
Atur
penerangan sesuai aktivitas dan kebutuhan pasien, hindarkan nyala lampu
secara langsung ke mata
|
10
|
Kontrol
dan cegah suasana yang terlalu ramai, jika memungkinkan
|
11
|
Fasilitasi
kebersihan diri pasien untuk menjaga kenyamanan (seperti menyeka kening,
menggunakan krim kulit atau pembersih tubuh, rambut, dan kebersihan mulut)
|
12
|
Posisikan
pasien untuk memperoleh kenyamanan (menggunakan prinsip body
alignment/garis tubuh, dukung dengan bantal, lindungi sendi selama
pergerakan, dan immobilisasikan bagian tubuh yang nyeri)
|
13
|
Monitor
kulit, terutama area tubuh yang mengalami penekanan, sebagai tanda penekanan
atau iritasi
|
14
|
Hindarkan
kulit dan membran mukosa dari iritan (seperti feses diare dan drainase luka)
|
9. Penurunan
gas dalam perut
Definisi:
Pencegahan pembentukan gas dalam perut dan memfasilitasi keluarnya gas yang
berlebih.
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Ajarkan
pada pasien bagaimana gas dalam perut bisa terbentuk dan metode untuk menguranginya
|
2
|
Ajarkan
pada pasien untuk menghindari situasi yang menyebabkan udara banyak masuk
melalui mulut seperti saat makan permen karet, minuman berkarbonasi, makan
terlalu cepat, menghisap sedotan, makan dengan mulut terbuka, atau berbicara
ketika mulut penuh makanan.
|
3
|
Ajarkan
untuk menghindari makanan yang menyebabkan gas dalam perut/yang mengandung
gas seperti buncis, kubis, lobak, kembang kol, dan mentimun
|
4
|
Diskusikan
penggunaan produk sehari-hari
|
5
|
Monitor
rasa penuh, distensi perut, nyeri kram, dan pengeluaran gas yang berlebih
melalui anus dan mulut
|
6
|
Monitor
suara usus
|
7
|
Monitor
tanda vital
|
8
|
Ajarkan
latihan yang adekuat (misalnya ambulasi)
|
9
|
Pasang NGT
atau rectal tube di rektum dengan tepat
|
10
|
Berikan
laksative, suppositoria, atau enema jika sesuai
|
11
|
Monitor
efek samping dari pemberian pengobatan
|
12
|
Batasi
masukan oral, jika sistem gastrointestinal bawah tidak aktif
|
13
|
Posisikan
miring kiri dengan lutut di tekuk, jika mungkin
|
14
|
Tawarkan
pengobatan anti flatulen
|
10. Aplikasi panas atau dingin
Definisi:
Stimulasi pada kulit dan jaringan dibawah kulit dengan panas atau dingin yang
bertujuan untuk menurunkan nyeri, spasme otot, atau inflamasi
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Jelaskan
penggunaan teknik panas atau dingin, alasan, dan bagaimana efeknya terhadap
gejala pasien
|
2
|
Kaji
kontraindikasi dari teknik panas atau dingin, seperti penurunan sensasi,
penurunan sirkulasi, dan penurunan kemampuan untuk berkomunikasi
|
3
|
Pilih
metode stimulasi yang sesuai seperti kantong plastik tahan air yang berisi
es, jely beku pada wadah, es kimia, baju dari dalam pendingin es, botol
berisi air panas, kamar mandi dengan air panas
|
4
|
Tentukan
keamanan dan ketersediaan peralatan yang digunakan
|
5
|
Kaji
kondisi kulit dan identifikasi adanya kerusakan kulit yang dapat menjadi
kontraindikasi dilakukannya stimulasi
|
6
|
Pilih
tempat untuk stimulasi dan siapkan tempat alteranatif jika aplikasi tidak
bisa digunakan secara langsung (daerah yang berdekatan, arah distal, arah
kolateral)
|
7
|
Lakukan
teknik ini dengan menggunakan baju pelindung
|
8
|
Gunakan
baju yang basah untuk meningkatkan sensasi panas atau dingin
|
9
|
Ajarkan
untuk menghindari kerusakan jaringan
|
10
|
Cek
temperatur terutama untuk teknik panas
|
11
|
Tentukan
lama terapi sesuai perilaku individu dan respon biologi
|
12
|
Gunakan waktu
yang tepat
|
13
|
Lakukan
teknik panas dingin secara langsung atau dekat area yang dipengaruhi
|
14
|
Observasi
adanya kerusakan kulit atau iritasi atau kerusakan jaringan pada 5 menit
pertama dan seterusnya selama terapi
|
15
|
Evaluasi
kondisi umum, keamanan, dan kenyamanan selama terapi
|
16
|
Posisikan
pasien untuk mengikuti gerakan dari sumber suhu
|
17
|
Instruksikan
untuk tidak mengatur suhu sendiri tanpa prioritas
|
18
|
Ubah
tempat untuk aplikasi jika hasil yang diharapkan tidak tercapai
|
19
|
Instruksikan
bahwa aplikasi dingin akan menimbulkan rasa nyeri singkat sekitar 5 menit
setelah stimulasi awal
|
20
|
Ajarkan
tentang indikasi, frekuensi, dan prosedur pelaksanaan
|
21
|
Ajarkan
untuk menghindari kerusakan kulit setelah stimulasi
|
22
|
Evaluasi
dan dokumentasikan respon pasien
|
11. Perawatan intrapartal : beresiko tinggi
Definisi:
Membantu kelahiran janin pervaginam, multipel, atau malposisi
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Informasikan
kepada pasien tentang tambahan prosedur dan personel untuk mengantisipasi
selama proses kelahiran
|
2
|
Komunikasikan
perubahan pada ibu dan status janin kepada praktisi primer
|
3
|
Siapkan
peralatan yang sesuai, termasuk alat monitor janin, ultrasound, alat
anestesi, resusitasi neonatus, forceps, dan penghangat bayi.
|
4
|
Siapkan
tenaga tambahan untuk membantu kelahiran (misal ahli neurologis, perawat
ruang intensif bayi, dan ahli anestesi)
|
5
|
Bantu
pemakaian baju dan sarung tangan steril bagi tim obstetri
|
6
|
Lanjutkan
intervensi untuk Monitor Janin : Intrapartum
|
7
|
Ajarkan
cara mengejan
|
8
|
Beri tanda
pada praktisi primer ketika ada abnormalitas dari tanda vital ibu dan denyut
jantung janin
|
9
|
Anjurkan
orang terdekat untuk mendukung kenyaman pasien
|
10
|
Lakukan
tindakan pencegahan universal
|
11
|
Lakukan
perawatan perineal
|
12
|
Bantu
rotasi manual kepala janin dari oksiput posterior ke posisi anterior
|
13
|
Catat
waktu kelahiran pertama kembar atau kelahiran sungsang sampai ke tingkat
umbilikus
|
14
|
Bantu
dengan amniotomi pada membran amniotik
|
15
|
Monitor
denyut jantung janin
|
16
|
Gunakan
USG untuk mengetahui posisi janin
|
17
|
Ikuti
kepala janin dengan tangan untuk membantu fleksi selama kelahiran sungsang
|
18
|
Berikan
tahanan pada tubuh setelah kepala bayi keluar
|
19
|
Bantu
penggunaan forceps atau vakum, jika diperlukan
|
20
|
Bantu
pemberian anestesi pada ibu, jika diperlukan (misal intubasi)
|
21
|
Catat
waktu kelahiran
|
22
|
Bantu
resusitasi bayi, jika perlu
|
23
|
Dokumentasikan
prosedur (misal anestesi, ekstraksi vakum, forceps, tekanan suprapubik,
manuver McRobert, dan resusitasi bayi)
|
24
|
Jelaskan
karakteristik bayi baru lahir terkait dengn keahiran resiko tinggi
|
25
|
Observasi
perdarahan yang tersembunyi selama postpartum
|
26
|
Bantu ibu
saat kondisi anestesi
|
27
|
Dorong
interaksi orangtua dengan bayi segera setelah anak lahir
|
12. Pemberian
Medikasi
Definisi:
Menyiapkan, memberikan, dan mengevaluasi keefektifan obat yag diresepkan dan
yang tidak diresepkan dokter
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Kembangkan
kebijakan dan prosedur untuk keakuratan dan keamanan pemberian pengobatan
|
2
|
Kembangkan
dan gunakan lingkungan yang aman dan efisien dalam pemberian pengobatan
|
3
|
Lakukan
prinsip 5 benar
|
4
|
Verifikasi
peresepan obat sebelum memberikan pengobatan
|
5
|
Menentukan
dan atau merekomendasikan pengobatan, jika sesuai, menurut kewenangan
peresepan dokter
|
6
|
Monitor
alergi, interaksi, dan kontraindikasi dari pengobatan
|
7
|
Catat jika
pasien alergi terhadap pengobatan dan hentikan pengobatan
|
8
|
Pastikan
hipnotik, narkotik, dan antibiotik tidak diteruskan atau diorderkan kembali
setiap hari
|
9
|
Catat
waktu kadaluwarsa pada sediaan obat
|
10
|
Siapkan
pengobatan menggunakan peralatan yang tepat dan teknik pemberian obat yang
benar
|
11
|
Hindari
memberikan obat yang tidak terlabel dengan baik
|
12
|
Buang obat
yang sudah kadaluwarsa dan yang sudah tidak terpakai sesuai petunjuk
|
13
|
Monitor
tanda vital dan hasil laboratorium sebelum pemberian obat
|
14
|
Bantu
pasien minum obat
|
15
|
Berikan
obat sesuai teknik dan rutenya
|
16
|
Gunakan
order, kebijakan, dan prosedur untuk pedoman metode pemberian obat
|
17
|
Instruksikan
pada keluarga dan pasien tentang hasil yang diharapkan dan efek samping dari
obat
|
18
|
Monitor
pasien untuk menentukan kebutuhan medikasi PRN, jika sesuai
|
19
|
Monitor
efek terapeutik pada pasien dari pemberian obat
|
20
|
Monitor
efek samping pada pasien, toksisitas, dan interaksi dari pemberian obat
|
21
|
Tandai
obat narkotik dan obat terlarang lain, sesuai protokol
|
22
|
Verifikasi
semua hal yang ditanyakan tentang pengobatan dengan tenaga kesehatan
|
23
|
Dokumentasikan
pemberian obat dan respon pasien, menurut pedoman yang ada
|
13.
Pemberian Pengobatan : Intrapleural
Definisi:
Pemberian obat melalui kateter intrapleural untuk mengurangi nyeri
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Dapatkan
persetujuan tertulis untuk pemasangan kateter intrapleural
|
2
|
Siapkan
peralatan dan bantu insersi pemasangan kateter interpleural, jika mungkin
|
3
|
Jelaskan kepada
pasien tentang tujuan, keuntungan, dan rasional pemasangan kateter
interpleural
|
4
|
Pastikan
tempat kateter benar dengan pemeriksaan sinar X, jika memungkinkan
|
5
|
Monitor
nyeri pasien sebelum dan sesudh insersi kateter
|
6
|
Cek tidak
adanya darah yang keluar sebelum pemberian pengobatan
|
7
|
Berikan
pengobatan untuk mengurangi nyeri melalui kateter interpleural
|
8
|
Berikan
obat nyeri secara intermiten atau drip melalui kateter interpleural
|
9
|
Tunda
pemberian obat jika lebih dari 2 cc cairan kembali ketika mengecek kateter
interpleural
|
10
|
Posisikan
pasien menjauhi tekanan di kateter interpleural
|
11
|
Monitor
adanya nafas pendek atau keabnormalan suara nafas
|
12
|
Catat
adanya kebocoran yang mungkin terjadi pada kateter interpleural
|
13
|
Observasi
penurunan nyeri, efek samping, atau efek merugikan dari pemberian obat
|
14
|
Hubungkan
kateter dengan pompa pemberian obat, jika mungkin
|
15
|
Anjurka
mobilisasi dini jika mungkin dengan menggunakan kateter interpleural
|
16
|
Ganti baju
pasien, jika mungkin
|
17
|
Observasi
tanda dan gejala infeksi pada area insersi
|
18
|
Kateter
interpleural dapat dilepas sesuai order.
|
14. Manajemen pengobatan
Definisi:
Memfasilitasi keamanan dan keefektifan penggunaan resep dokter dan
perhitungan obat
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Tentukan
obat yang dibutuhkan dan berikan sesuai resep dokter
|
2
|
Tentukan
kemampuan pasien dalam minum obat sendiri
|
3
|
Monitor
keefektifan pengobatan yang diberikan
|
4
|
Monitor
efek terapeutik pada pasien dari pengobatan
|
5
|
Monitor
tanda dan gejala dari toksisitas obat
|
6
|
Monitor efek
samping obat
|
7
|
Monitor
interaksi obat
|
8
|
Tanyakan
kembali kepada pasien dan atau keluarga tentang tipe dan jumlah obat yang
diberikan
|
9
|
Fasilitasi
perubahan pengobatan dengan dokter
|
10
|
Tentukan
faktor yang menghalangi pasien mendapatkan obat yang diresepkan
|
11
|
Kembangkan
strategi dengan pasien untuk meningkatkan keefektfan pemberian obat
|
12
|
Konsultasikan
dengan tenaga kesehatan lain untuk meminimalkan jumlah dan frekuensi obat
yang dibutuhkan untuk mencapai efek terapeutik
|
13
|
Ajarkan
pada pasien dan keluarga tentang metode pemberian obat
|
14
|
Ajarkan
pada pasien dan keluarga tentang hasil yang diharapkan dan efek samping obat
|
15
|
Sediakan
informasi tertulis dan gambar untuk meningkatkan kesadaran pengobatan
terhadap dirinya
|
16
|
Dapatkan
ijin dari dokter untuk pengobatan mandiri pasien
|
17
|
Gunakan
protokol tentang sediaan dan monitor obat disamping tempat tidur klien untuk
pengobatan mandiri pasien
|
18
|
Kaji
sumber keuangan pasien untuk peresepan obat tambahan
|
19
|
Tentukan
efek pengobatan terhadap gaya hidup pasien
|
20
|
Berikan
alternatif waktu dalam minum obat untuk mengurangi efek terhadap gaya hidup
pasien
|
21
|
Bantu
pasien dan keluarga untuk menyesuaikan gaya hidup dengan pengobatan yang
diberikan
|
22
|
Bantu
pasien ketika mencari perhatian terhadap pengobatan
|
23
|
Identifikasi
tipe dan jumlah obat yang digunakan
|
24
|
Berikan
informasi tentang obat yang digunakan dan efek obat terhadap kondisi pasien
saat ini
|
25
|
Tentukan
apakah pasien menggunakan obat yang biasa dipakai dirumah dan efek yang
mungkin timbul dengan obat yang telah diresepkan
|
26
|
Berikan
daftar sumber yang bisa dihubungi untuk mencari informasi lain tentang
pengobatan yang diberikan
|
27
|
Diskusikan
dengan pasien dan keluarga setelah pemberian informasi tentang pengobatan
|
15. Penentuan pengobatan
Definisi:
Menentukan pengobatan untuk masalah kesehatan
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Evaluasi
tanda dan gejala yang berhubungan dengan masalah kesehatan
|
2
|
Kaji
riwayat kesehatan dan pengobatan dahulu
|
3
|
Identifikasi
adanya alergi
|
4
|
Kaji
kemampuan klien dan keluarga dalam pengobatan
|
5
|
Identifikasi
pengobatan yang digunakan sesuai masalah
|
6
|
Berikan
pengobatan sesuai dengan resep dokter
|
7
|
Gunakan
nama generik dan dosis dalam penulisan resep dari dokter
|
8
|
Ikuti
dosis awal pemberian obat (misal, miligram per kilogram berat badan, luas
permukaan tubuh, dosisi efektif terendah)
|
9
|
Konsultasikan
dengan dokter atau ahli farmasi
|
10
|
Konsultasikan
referensi bagian kedokteran dan referensi lain
|
11
|
Konsultasikan
dengan perwakilan dari pabrik obat
|
12
|
Ajarkan
kepada pasien dan keluarga tentang metode pemberian obat
|
13
|
Ajarkan
kepada pasien dan keluarga tentang aksi yang diharapkan dan efek samping dari
obat
|
14
|
Sediakan
alternatif waktu pemberian obat untuk meminimalkan pengaruh terhadap gaya
hidup
|
15
|
Ajarkan
kepada pasien dan keluarga bagaimana cara mengisi resep dokter, jika
dibutuhkan
|
16
|
Informasikan
kepada pasien dan keluraga saat mencari bantuan tambahan
|
17
|
Monitor
efek terapeutik dan efek merugikan dari pengobatan
|
18
|
Pertahankan
pengetahuan dari obat yang digunakan, termasuk indikasi penggunaan, efek
samping, efek toksik, dan informasi dosis sesuai aturan.
|
16. Manajemen Nyeri
Definisi:
Teknik mengurangi nyeri sampai tingkat nyaman yang dapat diterima oleh pasien
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Kaji
secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi
|
2
|
Observasi
isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
|
3
|
Berikan
analgetik sesuai dengan anjuran
|
4
|
Gunakan
komunkiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
|
5
|
Kaji latar
belakang budaya pasien
|
6
|
Tentukan
dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan,
aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran
|
7
|
Kaji
pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
|
8
|
Evaluasi
tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
|
9
|
Berikan
dukungan terhadap pasien dan keluarga
|
10
|
Berikan
informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
|
11
|
Kontrol
faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
|
12
|
Anjurkan
pasien untuk memonitor sendiri nyeri
|
13
|
Ajarkan
penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase, TENS, hipnotis, terapi
bermain, terapi aktivitas, akupresusure)
|
14
|
Evaluasi
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
|
15
|
Modifikasi
tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
|
16
|
Tingkatkan
tidur/istirahat yang cukup
|
17
|
Anjurkan
pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
|
18
|
Beritahu
dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
|
19
|
Informasikan
kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan preventif
|
20
|
Informasikan
kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan preventif
|
21
|
Monitor
kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
|
22
|
Monitor
perubahan nyeri dan bantu pasien mengidentifikasi faktor presipitasi nyeri
baik aktual dan potensial
|
23
|
Lakukan
pengkajian terhadap pasien dengan nyaman dan lakukan monitoring dari rencana
yang dibuat
|
24
|
Turunkan
dn hilangkan faktor yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri (misal rasa
takut, kelelahan, dan kurangnya pengetahuan)
|
25
|
Pertimbangkan
keinginan pasien untuk berpartisipasi, dukungan dari keluarga dekat dan
kontraindikasi ketika strategi penurun nyeri telah dipilih
|
26
|
Lakukan
teknik variasi untuk mengurangi nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan
interpersonal)
|
27
|
Pertimbangkan
tipe dan sumber nyeri ketika strategi penurun nyeri telah dipilih
|
28
|
Kolaborasikan
dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain unntuk memilh tenik
non farmakologi
|
29
|
Berikan
analgetik yang berguna optimal
|
30
|
Gunakan PCA
(Patient Controlled Analgesia)
|
31
|
Berikan
pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi
|
32
|
Berikan
analgetik sebelum perawatan dan atau strategi nonfarmakologi sebelum prosedur
yang menyakitkan
|
33
|
Kaji
tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan medik dan
informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien
|
34
|
Modifikasi
kontrol nyeri sesuai respon pasien
|
35
|
Gunakan
pendekatan multidisiplin dalam penanganan nyeri
|
36
|
Pertimbangkan
dukungan kelompok dan sumber lain untuk pasien, keluarga, dan orang terdekat
|
37
|
Berikan
informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dan respon
terhadap pengalaman nyeri
|
38
|
Libatkan
keluarga untuk mengurangi nyeri
|
17. PCA (Patient Controlled Analgesia) Assistance :
bantuan kontrol analgetik
Definisi: Memfasilitasi
klien dalam mengendalikan pemberian analgetik dan teratur
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Kolaborasikan
dengan dokter, pasien, dan anggota keluarga dalam pemilihan tipe narkotik
yang dipakai
|
2
|
Rekomendasikan
penggunaan aspirin dan obat NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory Drugs) yang
berhubungan dengan narkotik/obat bius
|
3
|
Hindari
penggunaan Demerol
|
4
|
Pastiken
klien tidak alergi dengan obat yang diberikan
|
5
|
Ajarkan
pasien dan keluarga untuk memonitor intensitas nyeri, kualitas dan durasi
|
6
|
Ajarkan
pasien dan keluarga untuk memonitor rata-rata pernafasan dan tekanan darah
|
7
|
Siapkan
akses nasogastric, vena, subkutan, atau spinal
|
8
|
Validasi
bahwa klien mampu menggunakan alat PCA mampu dikomunikasikan,
penjelasan yang lengkap, dan ikuti aturan pemakaian
|
9
|
Kolaborasikan
dengan pasien dan keluarga untuk memilih tipe kontrol pasien
|
10
|
Ajarkan
pada pasien dan keluarga bagaimana cara menggunakan alat PCA
|
11
|
Bantu
pasien dan keluarga menghitung konsentrasi obat dalam cairan dan
pertimbangkan jumlah cairan yang digunakan per jam melalui alat PCA
|
12
|
Bantu
pasien dan keluarga memberikan dosis bolus loading dari analgetik
|
13
|
Ajarkan
pada pasien dan keluarga untuk mengatur rata-rata pemasukan basal pada
alat PCA
|
14
|
Bantu
pasien dan keluarga untuk mengatur larangan bekerja selama
menggunakan PCA
|
15
|
Bantu
paasien dan keluarga untuk mengatur dosis permintaan
|
16
|
Konsultasikan
dengan klien dan anggota keluarga dan dokter untuk mengatur interval kerja
dan dosis, menurut respon pasien
|
17
|
Ajarkan
pasien untuk mengatur dosis naik atau turun, tergantung rata-rata pernafasan,
intensitas nyeri, dan kualitas nyeri
|
18
|
Ajarkan
pasien dan anggota keluarga tentang aksi dan efek samping dari agen penurun
nyeri
|
19
|
Dokumentasikan
nyeri pasien, jumlah dan frekuensi dosis obat, dan respon nyeri di catatan
perawatan
|
20
|
Rekomendasikan
untuk tatalaksana usus untuk menghindari konstipasi
|
21
|
Konsultasikan
dengan ahli klinis nyeri bagi pasien yang mengalami kesulitan mengontrol
nyeri
|
18. Manajemen Rectal Prolaps
Definisi:
Pencegahan dan atau reduksi prolaps rectal secara manual
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Identifikasi
riwayat pasien dengan prolaps rectal
|
2
|
Anjurkan
untuk menghindari duduk tegang terlalu lama, mengangkat benda berat, dan
banyak berdiri
|
3
|
Anjurkan
pada pasien untuk mengatur fungsi usus meliputi diet, olahraga, dan medikasi
|
4
|
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas spesifik yang menyebabkan prolaps
rectal saat lalu
|
5
|
Monitor
inkontinensia usus
|
6
|
Monitor
status dari prolaps rectal
|
7
|
Posisikan
pasien miring kiri dengan lutut ditekuk kearah dada ketika rectum prolaps
|
8
|
Tempatkan
kain basah dengan saline diatas usus yang keluar untuk melindungi dari
kekeringan
|
9
|
Anjurkan
pasien dalam posisi side lying untuk memfasilitasi kembalinya usus
kedalam rectum
|
10
|
Kembalikan
prolaps rectum secara manual dengan pelumas, sarung tangan, lakukan penekanan
yang mantap saat mengembalikan pada posisi normal
|
11
|
Cek daerah
usus 10 menit setelah reduksi manual untuk meyakinkan pada posisi yang nornal
|
12
|
Identifikasi
frekuensi kejadian prolaps rektal
|
13
|
Beritahu
dokter ketika ada perubahan frekuensi kejadian atau ketidakmampuan mereduksi
prolaps
|
14
|
Bantu
persiapan preoperatif dan jelaskan tes yang dilakukan untuk mengurangi cemas
bagi pasien yang akan mengalami pembedahan untuk perbaikan/repair
|
19. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) : Stimulasi
syaraf transkutan dengan elektrode
Definisi:
Stimulasi pada kulit dan jaringan dibawah kulit dengan kontrol, vibrasi
listrik dengan tegangan rendah melalui elektrode
|
|
No
|
Aktivitas
|
1
|
Diskusikan
rasional , pembatasan, dan masalah potensial dari TENS kepada pasien,
keluarga dan orang terdekat
|
2
|
Tentukan
apakah direkomendasikan pemakainan TENS
|
3
|
Diskusikan
dengan dokter tentang terapi dan peroleh resep untuk dilakukan TENS
|
4
|
Pilih
tempat stimulasi dan siapkan alternatif tempat lain jika tidak memungkinkan
untuk dilakukan TENS
|
5
|
Tentukan
amplitudo terapeutik dan rata-rata
|
6
|
Perhatikan
aturan dan pengoperasian TENS
|
7
|
Gunakan
elektrode pada tempat stimulasi
|
8
|
Tentukan
amplitudo, rata-rata, dan atau dalamnya nadi untuk menentukan aturan
penggunaan
|
9
|
Pertahankan
stimulasi untuk menentukan interval (terus menerus atau
intermiten/sebentar-sebentar)
|
10
|
Ajarkan
kepada pasien untuk mengatur tempat dan seting alat untuk memperoleh respon
yang diharapkan berdasarkan toleransi individu
|
11
|
Observasi
pasien dalam pemakaian TENS dan lihat permukaan kulit
|
12
|
Perhatikan
tempat pemasangan elektrode terhadap adanya iritasi kulit setiap penggunaan
atau setiap 12 jam
|
13
|
Gunakan
TENS secara sendiri atau dihubungkan dengan pemeriksaan yang lain
|
14
|
Evaluasi
dan dokumentasikan keefektifan TENS untuk mengurangi sensasi nyeri secara
periodik
|