BAB I
A.
Latar Belakang
Klien yang di rawat di rumah sakit umumnya dengan masalah fisik juga mengalami
psikososial seperti berdiam diri, merasa kecewa, malu dan merasa tida berguna
di sertai keraguan-keraguan dan kepecayaan diriyang kurang. Pemeriksaan
penunjang yang di lakukan pada klien ( laboraturium, CT,Scan ) dan tindakan (
suntikan, infus, observasi rutin) sering membuat pasien sebagai objek, keluarga
juga sering merasakan kekhawatira untuk membicarakan keaadaan klien.
Klien dan keluarga sering tidak di ajak komunikasi, kurang di beri informasi
yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, takut, marah, tidak berdaya karena
informasinya tidak jelas disertai ketidakpastian.
Dengan melakukan asuhaan keperawatan pada konsep dari klien yang di
intergrasikan secara komprehensif pada program asuhan klien dan kelurga klien
mungkin dapat berperan serta” self care( perawatan diri) dan “ family support”
( dukungan keluarga dapat terwujud ).
Keadaan klien dan keluarga ini dapat di atasi dengan cara
peningkatan kualitas asuhan pelayanan keperawatan. Salah satu aspek yang dapat
dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial khususnya perawatan konsep diri
klien dengan memberdayakan kelurga dan sistem pendukung klien.
B.
Ruang Lingkup
Dalam
menyelesaikan karya tulis ini, penyusun membatasi ruang lingkup makalah hanya
pada “ Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit DIARE.
C.
Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan :
1.
Untuk memenuhi sejauh mana perawat membuat asuhan
keperawatan.
2.
Untuk menambah penggetahuan bagi perawat, khususnya tentang
pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
DIARE.
3.
Memberikan alternatif pemecahan masalah yang mungkin berguna
dan dapat di terima dalam pemberian Asuhan Keperawatan.
4.
Untuk mengetahui gambaran tentang penyakit DIARE.
D.
Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan deskriptif yaitu pengumpulan data,
menganalisa data, serta menarik kesimpulan, ada pun teknik penyusunan makalah
ini antara lain : studi perpustakaan, observasi, dan catatan keperawataan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
B.
PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe),
disebabkan oleh:
a.
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti
shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
b.
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A)
yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
2.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a.
malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein,
vitamin dan mineral.
b.
Kurang kalori
protein.
c.
Bayi berat badan
lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan
penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral
Infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.
Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3.
Faktor makanan
4.
Faktor psikologis
B.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
1.
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan
air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
2.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan
Na-bicarbonat bersama tinja.Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan.Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak
yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita
KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
4.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan
dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang
tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering
diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi
renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
C.
MANIFESTASI KLINIS DIARE
1. Mula-mula anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan menggigil, nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, tinja
menjadi cair bahkan mengandung darah dan lendir, berat badan turun tungur kulit
berkurang
2. Muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
3. Bila sudag banyak kehilangan cairan
dan elitrolit maka akan terjadi dehidrasi
D.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan
asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama
kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
E.
KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni
otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat
defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain
diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
F.
PENATLAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara
memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan
dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami
dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
·
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
v 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).
v jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
v 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
·
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
v 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau
8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
·
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
v 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau
5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
v 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau
2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
v 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit
per oral.
·
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
v Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml +
25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %.
v Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
·
Untuk bayi berat badan lahir rendah
v Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak
diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a) Susu (ASI, susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
b) Makanan setengah padat (bubur atau
makanan padat (nasi tim)
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan
kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam
lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan
cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu
diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan
nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar
menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi
penularan pada klien lain.
a. Data focus
a) Hidrasi
·
Turgor kulit
·
Membran mukosa
·
Asupan dan haluaran
b. Abdomen
a) Nyeri
·
Kekauan
·
Bising usus
·
Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
·
Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
·
Kram
·
Tenesmus
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
- Identitas
Perlu diperhatikan
adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.Kebanyakan kuman usus merangsang
kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence
penyakit pada anak yang lebih besar.Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif
mulai terbentuk.Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
- Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
- Riwayat Penyakit
Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5
hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14
hari (diare kronis).
- Riwayat Penyakit
Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
- Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
- Riwayat Kesehatan
Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
- Riwayat Kesehatan
Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
- Riwayat
Pertumbuhan dan perkembangan
- Pertumbuhan
- Kenaikan BB
karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB
6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar
kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8
buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 – 16 buah.
- Erupsi gigi :
geraham perama menusul gigi taring.
- Perkembangan
- Tahap
perkembangan Psikoseksual
- Gerakan kasar
dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :
- Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran
panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
- Keadaan umum :
klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
- Kepala :
ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
- Mata : cekung,
kering, sangat cekung.
- Sistem pencernaan
: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
- Sistem Pernafasan
: dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan).
- Sistem
kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
- Sistem integumen
: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
- Sistem perkemihan
: urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.
- Dampak
hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
B.
Diagnosa Keperawatan
- Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare.
- Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang.
- Resiko peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.
- Resiko gangguan
integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
C.
Intervensi
Diagnosa
1.:
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria
hasil :
- Tanda vital dalam
batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <>
- Turgor elastik ,
membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
- Konsistensi BAB
lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi
:
- Pantau tanda dan
gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan
segera untuk memperbaiki defisit
- Pantau intake dan
output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
- Timbang berat
badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
- Anjurkan keluarga
untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
- Kolaborasi :
- Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral
( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan :
(antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai
anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa
2.:
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
dan out put.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
hasil :
- Nafsu makan
meningkat
- BB meningkat atau
normal sesuai umur
Intervensi
:
- Diskusikan dan
jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin).
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
- Ciptakan
lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat.
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
- Berikan jam
istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
- Monitor intake dan
out put dalam 24 jam.
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
- Kolaborasi dengan
tim kesehtaan lain :
- terapi gizi :
Diet TKTP rendah serat, susu.
- obat-obatan atau
vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa
3.:
Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria
hasil :
- Suhu tubuh dalam
batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat
tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi
:
- Monitor suhu tubuh
setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (
adanya infeksi)
- Berikan kompres
hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
- Kolaborasi
pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4.:
Resiko
gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB
(diare).
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi
iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu
mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi
- Diskusikan dan
jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
- Demontrasikan
serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
- Atur posisi tidur
atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
Daftar Pustaka
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku
KeperawatanPediatik, Jakarta, EGC
Doenges, M. E. , Moore House, M. F. , Geister, A. C. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa I Made Kariasa, S.Kp, Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC
Hasan, R. 1997. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Mansjoer, A. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak Sakit. Jakarta: EGC.