BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja).Dengan tinja berbentuk cair /setengah
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Penyebab diare yang utama
adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
B.
Rumusan masalah
Agar
Pembahasan dari Asuhan Keperawatan ini tidak lari dari pokok masalah dan
pembahasannya tetap berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari
pemakalah perlu menetapkan rumusan masalah yang akan di bahas :
a.
Bagaimana Konsep Dasar Medis
Diare?
1.
Apa pengertian diare?
2.
Apa etiologi diare?
3.
Bagaimana patofisiologi
diare?
4.
Apa klasifikasi diare?
5.
Apa tanda dan gejala
diare?
6.
Apa komplikasi diare?
7.
Apa pemeriksaan penujang diare?
8.
Bagaimana cara Prognosis diare?
b.
Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Diare?
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Asuhan
keperawatan ini adalah :
a.
Mahasiswa Mampu Memahami Tentang Konsep Dasar Medis Diare!
1. Mahasiswa mampu memahami tentang
pengertian diare!
2. Mahasiswa mampu memahami
tentang etiologi diare!
3. Mahasiswa mampu memahami
tentang patofisiologi diare!
4. Mahasiswa mampu memahami
tentang klasifikasi diare!
5. Mahasiswa mampu memahami
tentang tanda dan gejala diare!
6. Mahasiswa mampu memahami
tentang komplikasi diare!
7. Mahasiswa mampu memahami tentang
pemeriksaan penunjang diare!
8. Mahasiswa mampu memahami tentang
prognosis medik
diare!
b.
Mahasiswa Mampu Memahami Tentang Konsep Dasar Keperawatan Diare!
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
“DIARE”
A. KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
- Faktor
infeksi
- Infeksi
enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie).
- Infeksi
parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah dua (2) tahun.
- Faktor
malabsorbsi
Malabsorbsi
karbohidrat, lemak dan protein.
- Faktor
makanan
Makanan basi,
beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
- Faktor
psikologis
Rasa takut,
cemas
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998),
ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:
- Diare
sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
- Infeksi virus,
kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan
psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
- Defisiensi
imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama
canalida.
- Diare
osmotik (osmotik diarrhoea), disebabkan oleh:
- Malabsorpsi
makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
- Kurang
kalori protein.
- Bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
C. Patofisiologi
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Diare
dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan
motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare..
D. Klasifikasi
Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1977) :
1.
Dehidrasi ringan : dimana berat badan
menurun 3 – 5 % dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kgBB.
2.
Dehidrasi sedang : dimana berat badan
menurun 6 – 9 % dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 – 90 ml/kgBB.
3.
Dehidrasi berat : dimana berat badan
menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih
dari 100 ml/kgBB.
E.
Tanda dan Gejala
- Anak
sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
- Anak
cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
- Warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
- Daerah
sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
- Ada
tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
- Perubahan tanda-tanda
vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat,
pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.
- Diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria).
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak
yang menderita diare adalah :
1.
Dehidrasi
2.
Hipokalemi.
3.
Hipokalsemi
4.
Cardiac disrythmias
5.
Hiponatremi.
6.
Syok hipovolemik
7.
Asidosis.
G. Pemeriksaan
Penunjang
- Pemeriksaan
tinja
- Makroskopis
dan mikroskopis
- PH
dan kadar gula dalam tinja
- Bila
perlu diadakan uji bakteri
- Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali dan analisa gas darah.
- Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
- Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
H. Prognosis
A.Penatalaksanaan Medis
1.
Pemberian
cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
- Cairan
per oral
Pada klien
dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut
oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
- Cairan
parentral
- Untuk
anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
- 1
jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 7
jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 16
jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk
anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- 1
jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
- 1
jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 7
jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 16
jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk
bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- Kebutuhan
cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4
jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk
bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan
cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %).
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Diberikan pada
klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
1.Pengobatan dietetik
- Susu
(ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
- Makanan
setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
- Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
Untuk anak
dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg,
jenis makanan:
2.Obat-obatan
Prinsip
pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
B. KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode
diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insiden paling tinggi adalah
golongan umur 6-11 bulan.Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar.Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk.Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
- Keluhan
Utama
BAB lebih dari
3 x
- Riwayat
Penyakit Sekarang
BAB warna
kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut),
lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
- Riwayat
Penyakit Dahulu
Pernah
mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
- Riwayat
Nutrisi
Pada anak usia
toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia
toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
- Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ada salah satu
keluarga yang mengalami diare.
- Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
- Riwayat
Pertumbuhan dan perkembangan
- Pertumbuhan
- Kenaikan
BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan
linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
- Tumbuh
gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah.
- Erupsi
gigi : geraham perama menusul gigi taring.
- Perkembangan
- Tahap
perkembangan Psikoseksual
- Gerakan
kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
- Pemeriksaan
Fisik
- Pengukuran
panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
- Keadaan
umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
- Kepala
: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
- Mata
: cekung, kering, sangat cekung.
- Sistem
pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak
haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum.
- Sistem
Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
- Sistem
kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
- Sistem
integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat
> 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
- Sistem
perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
- Dampak
hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
B. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare.
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang.
- Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap
diare.
- Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
- Kecemasan
anak berhubungan dengan tindakan invasive.
C. Intervensi
Diagnosa 1.:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda
vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <>
- Turgor
elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
- Konsistensi
BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
- Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
- Pantau
intake dan output
R/ Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
- Timbang
berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi
kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
- Anjurkan
keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
- Kolaborasi
:
- Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan
elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan
parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan
: (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti
sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2.:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Nafsu
makan meningkat
- BB
meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
- Diskusikan
dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin).
R/ Serat
tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan sluran usus.
- Ciptakan
lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat.
R/ situasi
yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
- Berikan
jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R/ Mengurangi
pemakaian energi yang berlebihan
- Monitor
intake dan out put dalam 24 jam.
R/ Mengetahui
jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
- Kolaborasi
dengan tim kesehtaan lain :
- terapi
gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
- obat-obatan
atau vitamin ( A)
R/ Mengandung
zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3.:
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
- Suhu
tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak
terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
- Monitor
suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi
dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
- Berikan
kompres hangat
R/ merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
- Kolaborasi
pemberian antipirektik
R/ Merangsang
pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4.:
Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare).
Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
- Tidak
terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga
mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi
- Diskusikan
dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan
mencegah perkembang biakan kuman
- Demontrasikan
serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah
terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
- Atur
posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
iritasi .
Diagnosa 5.:
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :
- Mau
menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
- Libatkan
keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan
awal pada anak melalui ibu atau keluarga
- Hindari
persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi
rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
- Berikan
pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah
rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
- Lakukan
kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih
saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
- Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200
cc/jam tinja).Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar
encer lebih dari 3 x sehari.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
B. Saran
Kami dari penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa kami
dari penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya asuhan keperawatan ini.
Kami dari
pembuat asuhan keperawatan ini juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya
tidak hanya mengambil satu reperensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari
penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil referensi dari beberapa
sumber saja
DAFTAR PUSTAKA
Bates.B, 1995.Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi .RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah.1997. Perawatan Anak sakit.EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi.EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar