BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbincang
mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon dengan
metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli
filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang
muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa
kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta
isinya.
Para
filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek
berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan
ontology, epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Untuk
memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai
dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian
umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam
pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu
yang kan dijelaskan terlebih dahulu.
B.
Rumusan
Masalah
Agar
Pembahasan dari makalah ini tidak melebar dan pembahasannya tetap
berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu menetapkan
rumusan masalah yang akan di bahas :
1. Apakah
pengertian filsafat ilmu itu ?
2. Mencakup
apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu ?
3. Apa
saja objek filsafat ilmu ?
4. Apa
saja kedudukan dan implikasi filsafat ilmu ?
5. Bagaimana
sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya ?
6. Mencakup
apa sajakah ruang lingkup Filsafat Dalam Keperawatan?
7.
Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan
?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
apa itu filsafat ilmu.
2. Mengetahui
ruang lingkup filsafat ilmu.
3. Mengetahui
objek filsafat ilmu.
4. Mengetahui
kedudukan dan implikasi filsafat ilmu.
5. Mengetahui
sejarah perkembangan filsafat Ilmu serta aliran-alirannya.
6. Mengetahui
Lingkup Filsafat Dalam Keperawatan Dan Peranannya.
7. Mengetahui
Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari
dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya
antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan
erat dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan
serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari
sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran
yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Untuk
memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian
filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.
1. Robert
Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang
telah dibuktikan.
2. Lewis
White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius
Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka
umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
4. May
Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan
pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah
kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata
lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu
pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek
apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar?
Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu? (Landasan epistemologis)Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan
aksiologis).
B.
Ruang
Lingkup Filsafat ilmu
Bidang
garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Ontologi
ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi
filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het
zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme,
Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing‑masing
mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang
kita cari.
Epistemologi
ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut
untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan
ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan
sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman,
atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik
seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan
teori intersubjektif.
Akslologi
llmu meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai
dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam
perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
C.
Objek
Filsafat ilmu
Objek
Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut
Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala
sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
Ada
yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada
pada umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik)
dan alam (kosmologi).Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau
sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah
manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda
sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,
antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
D.
Kedudukan dan
Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan
Di
mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan.
Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan
tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat
menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep
tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan
kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi
ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan
Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi
dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki
seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala
realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih
terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran.
E.
Sejarah
Perkembangan Filsafat Ilmu
Pemikiran
filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat
ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian
secara periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah
zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk
cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat
ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia
bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua periode
yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang
menampilkan ciri khas tertentu.
a) Zaman
Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)
Pada abad VI SM yunani
muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama
sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem
alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
b) Zaman
yunani kuno
·
Zaman keemasan yunani
Zaman
yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak
lagi mempercayai mitologi-mitologi.
c) Masa
Helinistis Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran
yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
·
stoisisme, menurut paham ini jagad raya
ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian
menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
·
epikurisme, segala-galanya terdiri dari
atom-atom.
·
skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang
teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran
·
eklektisisme, suatu kecenderungan umum
yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari aliran-aliran lain tanpa
berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
·
neoplatoisme, yakni paham yang ingin
menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
d) Zaman
Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan mengalami 2
periode, yaitu:
·
periode patriktis
·
periode skolastik
e) Zaman
Renaissance
Ialah zaman peralihan
ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan Illahi.
f) Zaman
Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman renaissance.
g) Zaman
Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)
Fisi kawan termashur
adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain
tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.
h) Beberapa
Aliran Filsafat Ilmu
Sejarah perjalanan
perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan telah
melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat
ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan
pengaruhnya hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman
abad pencerahan menejelang zaman modern.
·
Nativisme atau Naturalisme, dengan
tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan Schopenhauer (1788-1860 M).
Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan
dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah.
Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian
kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini
diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.
·
Empirisme atau
Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan
J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya
membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan
papan tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah
bejana yang masih kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya
merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah
pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini
diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.
·
Konvergensionisme atau
Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern (1871-1939).
Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu.
Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor
yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh
karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan
terbentuk sebagai resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan
tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang
cenderung rasional.
F.
Ruang
Lingkup Filsafat Dalam Keperawatan
Keperawatan saat ini tengah
mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir.
Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother
instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan
ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi
keperawatan sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus
didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir
kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk
bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus
dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan
dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan,
basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan
substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat
wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau
keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai
profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya
senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang
dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka
terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan
atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan
guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat keperawatan merupakan
pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan
kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat
keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang
perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga
tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan
jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul
pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ),
pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan
aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan ).
Jawaban pertanyaan ontologi tentang
apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista
Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan
untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895)
mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan
pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan
expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara
mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi
tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu.
Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia.
Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian
mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat
atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya
peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat”
dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang
merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak,
dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence Nightingale yang mengamati
fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih
ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi
lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma
keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru
yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan
cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi
(diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan
penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan.
Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan.
Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970)
menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan
stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia
yang unik.
Jawaban pertanyaan aksiologis
diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman,
dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai
tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna
meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi
seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang
sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk
biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu
dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup
seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat
keperawatan adalah sebagai berikut:
a)
Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu
ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
b)
Sebagai profesi yang berorientasi kepada
pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam
kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
c)
Sebagai pelayanan kesehatan yang
memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai
klien.
d)
Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan
lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis
dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
a)
Memandang pasien sebagai makhluk yang
utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan
spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara
sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
b)
Bentuk pelayanan keperawatan harus
diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
c)
Setiap orang berhak mendapatkan
perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama
dan ekonomi.
d)
Pelayanan keperawatan tersebut merupakan
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam
lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
e)
Pasien adalah mitra aktif dalam
pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan
sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi
bahwa human science and human care merupakan domain utama
dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan
berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan
kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk
mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan
oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau
Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying
domain for the body of knowledge and practices of nursing.
Dalam
eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam
metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini
harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku,
sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru.
Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan
dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk
mencapai linkage ini. Perspektif tentang human
science memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk
melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan
dasar-dasarsubject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya.
Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia,
kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.
Dalam
konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang
kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang
keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi
juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan
penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.
Relevansi antara
filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filsafat
keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis
daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana
pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan
pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga
filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan
yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan
sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
G.
Manfaat
dan Peranannya Dalam Keperawatan
Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu
Keperawatan Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari
peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam
keperawatan antara lain adalah :
a)
Memudahkan proses keperawatan karena
tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan semakin sulit
melaksanakan proses keperawatan
b)
Dengan mengetahui dan melaksanakan
perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap
pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat
mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
c)
Dapat memecahkan suatu permasalahan
meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif,
kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup
profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian
profesionalisme seorang perawat
d)
Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman
dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan
e)
Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang
sudah ada
f)
Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal
yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang
kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan
tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu
prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka
kita akan melakukan tindakan itu secara benar
g)
Dengan filsafat seorang perawat dapat
menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat sehingga perawat
tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif
thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik
sehingga pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat
berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien tersebut
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat
ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai
metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan
intelektual
Ruang
lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu
itu sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi
nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
Objek
dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi
dua yaitu secara mutlak dan tidak mutlak
sejarah
perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian
dilanjutkan pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama
dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat
selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat
pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan.
perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya
penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince
DAFTAR PUSTAKA
Abbas
Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat
Pengatahuan).Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
___________.
1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat UGM.
__________.
1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________.
Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Ismaun.
2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.
Jujun
S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Sinar Harapan.
Ismaun,
(2001), Filsafat ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun
S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Sinar Harapan.
Hidayat
A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.EGC,
salemba medika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar