A. Pengertian
Disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV), ditandai dgn berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan keganasan dan degerasi susunan saraf pusat.
Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel system imun termasuk sel-T, macrofag dan seldendritik.
B. Etiologi
- Human immunodefisiensi virus (HIV).
- Virus RNA.
- RNA REVERSE TRANS- DNA
C. Diagnosis AIDS → bila seseorang mengalami infeksi oportunistik, dimana menunjukkan adanya immunodefisiency (Sel-T 200/mm3) dan menunjukkan adanya antibody yang positif terhadap HIV.
Sering berhubungan dgn :
- Dementia yang progresif
- Wasting syndrome
- Kanker
Gejala Mayor : ~ BB menurun atau gagal tubuh, ~ Diare > 1 bulan
(kronis/berulang).
~ Demam > 1bulan (kronis/berulang), ~ Infeksi sal.nafas
bawah yang parah atau menetap.
Gejala Minor : ~ Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali.
~ Kandidiasis oral.
~ Infeksi THT yang berulang.
~ Batuk kronis, ~ Dermatitis generalisata, ~ Encefalit
E. Insiden :
- Kecenderungan berkembang pada masa datang
- Terjadinya mutasi sel yang dipengaruhi oleh
virus
- Mulai berkembang pada tahun 1981
- Dilaporkan → AS 1994 terdpt 270.870 kematian
dewasa, remaja dan anak-anak.
- Angka kematian meningkat sangat tinggi
- 90 % mengalami kondisi penyakit semakin berat
dan meninggal dlm 4 th setelah didiagnosa AIDS
- insiden infeksi meningkat tajam pd wanita
- Pria dgn homoseksual
- Pria dgn biseksual
- Pengguna IV drug
- Transfuse darah
- Pasangan heteroseksual dgn pasien infeksi HIV
- Anak yang lahir dgn ibu yang terinfeksi
→ Ditularkan dari orang ke orang mll pertukaran cairan tubuh, termasuk darah, semen, cairan vagina dan air susu ibu.
G. Pathofisiologi:
→ Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.
Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi.
Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi.
Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam jaringan limfoid ® fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk melalui kontak antar sel.
|
Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dlm jaringan limfoid perifer.
Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi yang nampak dari menurunnya kadar viremia.
Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus ® fase laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh)
Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi HIV dan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.
- Viremis meningkat drastis karena karena
replikasi virus di bagian lain dalam tubuh meningkat ® pasien menderita
infeksi oportunistik, cacheksia, keganasan dan degenerasi susunan saraf
pusat.
- Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien
peka thdp berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon immune yang
inefektif thdp virud onkogenik.
H. Manifestasi Klinis :
- Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan
pada dasarnya mengenai setiap sistem organ.
- Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis
carini (paling sering ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org
sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi
dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan
status mental).
- Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari
- Tbc
- Nafsu makan menurun, mual, muntah
- Kandidiasis oral – infeksi jamur
- Bercak putih dalam rongga mulut → tdk diobati
dpt ke esophagus dan lambung.
- Wasthing syndrome → penurunan BB/ kaheksia
(malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi
gastrointestinal)
- Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi →
mungkin adanya stimulasi HIV thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau
berkaitan dng defesiensi kekebalan → mengubah sel yang rentang
menjadi sel maligna.
- Sarcoma kaposis → kelainan maligna
berhubungan dgn HIV (paling sering ditemukan) → penyakit yang melibatkan
endotel pembuluh darah dan linfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi
pd kulit sebagian tungkai terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan
sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt menyebabkan statis aliran
vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas
kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan thdp infeksi.
- Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami
kalianan neurologis → gangguan pd saraf pusat, perifer dan otonom. Respon
umum pd sistem saraf pusat mencakup
- inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi
dan nekrosis.
- Herpes zoster → pembentukan vesikel yang
nyeri pd kulit.
- Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik
yang mengenai kulit kepala dan wajah.
- Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat
merupakan tanda pertama yang menunjukkan HIV pd wanita.
- Pemeriksaan diagnostic :
- Serologis : skrining HIV dengan ELISA, Tes
western blot, limfosit T
- Pemriksaan darah rutin
- Pemeriksaan neurologist
- Tes fungsi paru, broskoscopi
- Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga
pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn
cairan tubuh yang tercemar HIV.
- Pengobatan pd infeksi umum
- Penatalaksanaan diare
- Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat
- Penanganan keganasan
- Terapi antiretrovirus
- Terapi alternative : terapi spiritual, terapi
nutrisi, terapi obat tradisional, terapi tenaga fisik dan akupungtur,
yoga, terapi massage, terapi sentuhan.
PENGKAJIAN
Aktifitas
/istirahat :
- Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp
aktifitas, kelelahan yang progresif
- Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon
fisiologi terhdp aktifitas
Sirkulasi
- Proses penyembuhan lika yang lambat,
perdarahan lama bila cedera
- takikardia, perubahan tekanan darah postural,
volume nadi periver menurun, pengisian kapiler memanjang
Integritas ego
- Faktor stress yang berhubungan dgn
kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya
hidup tertentu
- Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi ,
cacat, menurunnya berat badan
- Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah,
kehilangan control diri, dan depresi
- Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri, marah, menangis, kontak mata kurang
Eliminasi.
- Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat
berkemih
- Faeces encer disertai mucus atau darah
- Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal,
perubahan dlm jumlah warna urin.
- Makanan/cairan :
- Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
- Penurunan BB yang cepat
- Bising usus yang hiperaktif
- Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut,
adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut
- Adanya gigi yang tanggal. Edema
Hygiene
- Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan
penampilan yang tdk rapi.
Neurosensorik
- Pusing,sakit kepala.
- Perubahan status mental, kerusakan mental,
kerusakan sensasi
- Kelemahan otot, tremor, penurunan
visus.
- Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
- Gayaberjalan ataksia.
Nyeri/kenyamanan
- Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada
kaki.
- Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
- Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar,
nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
Pernapasan
- Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif,
batuk produktif/non,
Keamanan
- Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka
lambat proses penyembuhan
- Demam berulang
Seksualitas
- Riwayat perilaku seksual resiko tinggi,
penurunan libido, penggunaan kondom yang tdk konsisten, lesi pd genitalia,
keputihan.
Interaksi social
- Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi
keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir
- Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system
imun, aktifitas yang tdk terorganisir
- Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat,
status hipermetabolik.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan
asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
- Pola nafas tidak efektif b/d penurunan
ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
Dx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tdk terorganisir
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
Tindakan :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn
pasin
- Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi
yang cukup
- Informasikan perlunya tindakan isolasi
- Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.
- Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan
karakterostik sputum.
- Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan
adanya lesi/perubahan warna
- bersihkan kuku setiap hari
- Perhatikan adanya tanda-tanda adanya
inflamasi
- Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau
secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.
Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
Tindakan :
- Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila
terpasang.
- Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan
kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu
lingkungan.
- Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa
haus.
- Timbang BB setiap hari
5. Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.
Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mucosa.
- Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk
merangsang
Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
Tindakan:
- Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan
menelan.
- auskultasi bising usus
- timbang BB setiap hari
- hindari adanya stimulus leingkungan yang
berlebihan.
- berikan perawatan mulut, awasi tindakan
pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.
- rencanakan makan bersama keluarga/org
terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)
- sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam
volume sedikit
- dorong klien untuk duduk saat makan.
Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
Tindakan:
- auskultasi bunyi nafas tambahan
- catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan
frekwensi nafas dan penggunaan otot asesoris.
- berikan posisi semi fowler
- lakukan section bila terjadi retensi sekresi
jalan nafas
- Klien akan menunjukkan tanpa adanya
tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
- Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi
yang adekuat
- Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
- Klien akan mmempertahankan pola nafas yang
efektif
Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002
http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/AIDS/
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta
kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta,
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar