Senin, 17 Juni 2013

LAPORAN PENDAHULUAN POLIOMYELITIS (POLIO)

LAPORAN PENDAHULUAN POLIOMYELITIS (POLIO)

A.    Definisi
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

B.     Jenis Polio
1.      Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2.      Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik — yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak.
Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat — menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas — kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3.      Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

C.     Etiologi
Polio disebabkan virus poliomyelitis. Satu dari 200 infeksi berkembang menjadi kelumpuhan. Sebanyak 5-10 persen pasien lumpuh meninggal ketika otot-otot pernapasannya menjadi lumpuh. Kebanyakan menyerang anak-anak di bawah umur tiga tahun (lebih dari 50 persen kasus), tapi dapat juga menyerang orang dewasa. Pencegahan dengan vaksinasi secara berkala, idealnya pada masa kanak-kanak. Penularan polio :
1.      Virus masuk ke tubuh melalui mulut, bisa dari makanan atau air yang tercemar virus.
2.      Virus ditemui di kerongkongan dan memperbanyak dirinya di dalam usus.

Menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan otot, termasuk otot yang terlibat dalam pernapasan. Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1.      Brunhilde
2.      Lansing
3.      Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
1.      Golongan              : Golongan IV ( (+)ssRNA )
2.      Familia                  : Picornaviridae
3.      Genus                    : Enterovirus
4.      Spesies                  : Poliovirus

D.    Tanda dan gejala
Poliomelitis dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1.      Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada suatu epidemi diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.
2.      Poliomielitis abortif
Diduga secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi terutama yang diketahui kontak denga pasien poliomeilitis yang jelas. Diperkirakan terdapat 4-8% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejela berupa malaise, anoreksia, nause, muntah nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dddan nyeri obdemen.
3.      Poliomielitis Non Paralitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase 2 dengan nyeri otot. . Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4.      Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
a.       Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b.      Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c.       Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
d.      Bentuk ensefalitik: Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang- kadang kejang.

E.     Komplikasi
1.      Hiperkalsuria
2.      Melena
3.      Pelebaran lambung akut
4.      Hipertensi ringan
5.      Pneumonia
6.      Ulkus dekubitus dan emboli paru
7.      Psikosis

F.      Penatalaksanaan Askep
Untuk mencegah penularan dalam komunitas memerlukan pengawasan yang teliti, mengingat bahwa virus polio juga terdapat pada feses pasien, maka jika membuang feses harus betul- betul kedalam lubang WC dan disiram air sebanyak mungkin.
Masalah pasien yang perlu diperhatikan bahaya terjadi kelumpuhan, gangguan psikososial, dan kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.      Bahaya terjadi kelumpuhan
Penyakit poliomielitis aka selalu menimbulkan kelumpuhan yang sarafnya terkena virus polio tersebut (kecuali yang ringan tidak). Misal jenis paralitik, kelumpuhan mengenai anggota gerak terutama kaki. Kelumpuhan tersebut akibat atrofi otot sehingga kaki terlihat kecil sebelah. Jika polio mengenai bayi dapat terjsdi kelumpuhan otot obdemen, sehingga dapat terjadi gangguan eliminasi. Untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami kelumpuhan, maka pasien perlu perawatan secara kontinu:
a.         Pasien perlu istirahat ditempat tidur selama 2 minggu atau lebih, tergantung pada jenis penyakit bentuk polio.
b.         Pernafasan pasien perlu diawasi secara cermat dan sering serta disediakan catatan khusus, jika pasien dirawat dengan dugaan poliomeilitis bentuk bulbar, pengamatan pernafasan dilakukan setiap ½- ¼ jam(melihat keadaan pasien.
2.      Gangguan psikososial
Penyakit poliomeilitis akan meninggalkan gejala sisa berupa kelumpuhan anggota gerak terutama kaki, keadaan ini akan membuat sedih orang tua dan pasien itu sendiri karena kehilangan kemampuan tuk beraktifitas seperti anak- anak lainnya yang tidak cacat.
Orang tua akan merasa sedih mempunyai anak  yang cacat, perlu dijalaskan kepada orang tua maupun anaknya bahwa aak yang cacat tubuhnya belum tentu kalah pandai dari pada anak yang lain,orang tua harus memberikan dorongan kepada anaknya agar bersikap wajar saja dan jika anak sudah sekolah tidak akan terganggu kecerdasannya asal tetapmau belajar semestinya.
Orang awam menganggap bahwa anak cacat karena disuntik, hal itu harus diterangkan bahwa kecacatan bukan karena kesalaha pengobatan tetapi memang penyakit tersebut akan demikian akibatnya, hanya kecacatan berkurang asalkan fisiotrapi dilakukan dengan semestinya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar