LAPORAN PENDAHULUAN POLIOMYELITIS (POLIO)
A. Definisi
Poliomilitis
adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada
sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak,
dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan
serta autropi otot.
Poliomielitis
atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan (paralysis).
Polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar
manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda
dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat
terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh
persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi
polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena
sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala
sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang
terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan
saat itulah dapat terjadi penularan virus.
B. Jenis Polio
1.
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit
perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot
terasa lembek jika disentuh.
2.
Polio paralisis spinal
Strain poliovirus
ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain
ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200
penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
pembulu darah kapiler pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik — yang
mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun,
pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak.
Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat —
menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam
sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik
tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak
akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki
menyebabkan tungkai menjadi lemas — kondisi ini disebut acute flaccid
paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3.
Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan
alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf
motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke
berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan
saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot
muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang
membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah
dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya
terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim
‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali
dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk
menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun
trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru
besi’ (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru
akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi
yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio
jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio
bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio
paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat
memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.
C. Etiologi
Polio disebabkan virus poliomyelitis. Satu
dari 200 infeksi berkembang menjadi kelumpuhan. Sebanyak 5-10 persen pasien
lumpuh meninggal ketika otot-otot pernapasannya menjadi lumpuh. Kebanyakan
menyerang anak-anak di bawah umur tiga tahun (lebih dari 50 persen kasus), tapi
dapat juga menyerang orang dewasa. Pencegahan dengan vaksinasi secara berkala,
idealnya pada masa kanak-kanak. Penularan
polio :
1.
Virus masuk ke tubuh melalui mulut, bisa dari makanan
atau air yang tercemar virus.
2.
Virus ditemui di kerongkongan dan memperbanyak dirinya
di dalam usus.
Menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan
otot, termasuk otot yang terlibat dalam pernapasan. Penyebab
poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon;
Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi
virus
1. Golongan : Golongan IV ( (+)ssRNA )
2. Familia : Picornaviridae
3. Genus : Enterovirus
4. Spesies : Poliovirus
D. Tanda
dan gejala
Poliomelitis
dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Poliomielitis
Asimtomatis
Setelah
masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup
baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada suatu epidemi
diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap
virus tersebut.
2. Poliomielitis
abortif
Diduga
secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi terutama yang diketahui
kontak denga pasien poliomeilitis yang jelas. Diperkirakan terdapat
4-8% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari. Gejela berupa malaise, anoreksia, nause, muntah nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dddan nyeri obdemen.
3. Poliomielitis
Non Paralitik
Gejala
klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase 2
dengan nyeri otot. . Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin
disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis
Paralitik
Gejala
sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya
antara lain :
a. Bentuk
spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk
bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan
pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c. Bentuk
bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
d. Bentuk
ensefalitik: Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun, tremor
dan kadang- kadang kejang.
E. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran
lambung akut
4. Hipertensi
ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus
dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
F. Penatalaksanaan
Askep
Untuk mencegah
penularan dalam komunitas memerlukan pengawasan yang teliti, mengingat bahwa
virus polio juga terdapat pada feses pasien, maka jika membuang feses harus
betul- betul kedalam lubang WC dan disiram air sebanyak mungkin.
Masalah pasien
yang perlu diperhatikan bahaya terjadi kelumpuhan, gangguan psikososial, dan
kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1. Bahaya
terjadi kelumpuhan
Penyakit
poliomielitis aka selalu menimbulkan kelumpuhan yang sarafnya terkena virus
polio tersebut (kecuali yang ringan tidak). Misal jenis paralitik, kelumpuhan
mengenai anggota gerak terutama kaki. Kelumpuhan tersebut akibat atrofi otot
sehingga kaki terlihat kecil sebelah. Jika polio mengenai bayi dapat terjsdi
kelumpuhan otot obdemen, sehingga dapat terjadi gangguan eliminasi. Untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami kelumpuhan, maka pasien perlu
perawatan secara kontinu:
a.
Pasien perlu istirahat ditempat tidur
selama 2 minggu atau lebih, tergantung pada jenis penyakit bentuk polio.
b.
Pernafasan pasien perlu diawasi secara
cermat dan sering serta disediakan catatan khusus, jika pasien dirawat dengan
dugaan poliomeilitis bentuk bulbar, pengamatan pernafasan dilakukan setiap ½- ¼
jam(melihat keadaan pasien.
2. Gangguan
psikososial
Penyakit
poliomeilitis akan meninggalkan gejala sisa berupa kelumpuhan anggota gerak
terutama kaki, keadaan ini akan membuat sedih orang tua dan pasien itu sendiri
karena kehilangan kemampuan tuk beraktifitas seperti anak- anak lainnya yang
tidak cacat.
Orang
tua akan merasa sedih mempunyai anak yang cacat, perlu dijalaskan
kepada orang tua maupun anaknya bahwa aak yang cacat tubuhnya belum tentu kalah
pandai dari pada anak yang lain,orang tua harus memberikan dorongan kepada
anaknya agar bersikap wajar saja dan jika anak sudah sekolah tidak akan
terganggu kecerdasannya asal tetapmau belajar semestinya.
Orang awam
menganggap bahwa anak cacat karena disuntik, hal itu harus diterangkan bahwa
kecacatan bukan karena kesalaha pengobatan tetapi memang penyakit tersebut akan
demikian akibatnya, hanya kecacatan berkurang asalkan fisiotrapi dilakukan
dengan semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar