BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Penelitian
terhadap kematian ibu memperlihatkan bahwa penderita perdarahan post partum
meninggal dunia akibat terus menerus terjadi perdarahan yang jumlahnya
kadang-kadang tidak menimbulkan kecurigaan kita. Yang menimbulkan kematian
bukanlah perdarahan sekaligus dalam jumlah banyak tetapi justru perdarahan
terus-menerus yang terjadi sedikit demi sedikit. Pada suatu studi kasus yang
besar, Becham mendapatkan bahwa interval rata-rata antara kelahiran dan
kematian adalah 5 jam 20 menit. Tidak seorangpun ibu yang meninggal dalam waktu
1,5 jam setelah melahirkan. Kenyataan ini menunjukan adanya cukup waktu untuk
melangsungkan terapi yang efektif jika pasiennya selalu diamati dengan seksama,
diagnosis dibuat secara dini, dan tindakan yang tepat segera dikerjakan.
Pada
kehamilan cukup bulan aliran darah keuterus sebanyak 500 – 800 ml/menit. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran placenta, maka ibu
dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml/menit dari bekas tempat
melekatnya placenta. Kontraksi uterus akan menekan pembulu darah uterus yang
berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang
mengalir melalui ujung-ujung arteri ditempat implantasi placenta. Seorang ibu
dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari 1
jam. Lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri. Sebagian
besar kematian akibat perdarahan pasca persalinan terjadi pada beberapa jam
pertama setelah kelahiran bayi (Li, et all, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III
persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat
penting untuk menurunkan angka kematian ibu.
Dimasa
lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksanakan kala III persalinan
dengan cara menunggu placenta lahir secara alamiah. Intervensi hanya dilakukan
jika terjadi penyulit atau jika kemajuan kala III persalinan tidak berjalan
secara normal. Manajemen aktif kala III lebih dikaitkan pada upaya untuk
mengurangi kehilangan darah seperti yang terjadi pada penatalaksanaan
fisiologi.
II. Rumusan Masalah
Atonia uteri
terjadi bila miometrium tidak dapat berkontraksi. Hal ini dapat menyebabkan ibu
mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml/menit dari bekas tempat melekatnya
placenta. Atonia diketahui merupakan penyebab tersering terjadinya perdarahan
post partum dan dapat menyebabkan kematian pada ibu setelah satu jam kelahiran.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang menjadi term
of reference adalah bagaimana
menentukan diagnosa serta rencana intervensi tindakan dalam asuhan keperawatan
dan konsep dasar tentang atonia uteri.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Atonia uteri adalah
kegagalan mekanisme akibat gangguan myometrium/uterus tidak berkontraksi secara
terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta dapat
dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
II. 2 Etiologi
Atonia uteri terjadi
jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi secara terkoordinasi
sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta tidak dapat
dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali. Beberapa
faktor predisposisi yang berhubungan dengan resiko perdarahan paska persalinan
karena atonia uteri, diantaranya adalah :
1.
Faktor yang menyebabkan uterus
membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk :
o
Jumlah air ketuban yang berlebihan
(polihidraamnion)
o
Kehamilan gameli
o
Janin yang besar (makrosomia)
2.
Kala I dan/ atau 2 persalinan yang
memanjang
3.
Persalinan cepat
4.
Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
5.
Infeksi inpartu
6.
Multiparitas
tinggi/grandemultipara
7.
Magnesium sulfat yang digunakan
untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia/eklampsia.
II.3 Patofisiologi
Perdarahan postpartum
bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium.
Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah
sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme
akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini
menjadi penyebab utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan
postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai
penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak hal harus
menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.
II.4 Diagnosa dan Rencana
Tindakan Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
Intervensi :
-
Tinjau ulang catatan kehamilan dan
persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis,
abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih
dari 5 minggu)
Rasional : Membantu
dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk
mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
-
Kaji dan catat jumlah, tipe dan
sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk
dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus
vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan
kebutuhan penggantian.
-
Kaji lokasi uterus dan derajat
kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu
tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam
diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan
kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama masase.
-
Perhatikan hipotensi atau
takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran
mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai
volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia.
-
Pantau parameter hemodinamik
seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan
pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
-
Lakukan tirah baring dengan kaki
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan
reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
-
Pertahankan aturan puasa saat
menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian
dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
-
Pantau masukan dan keluaran,
perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan
luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat
ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
-
Hindari pengulangan/gunakan
kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi
servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
-
Berikan lingkungan yang tenang dan
dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan
kebutuhan metabolik.
-
Kaji nyeri perineal menetap atau
perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau
perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari
perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
-
Pantau klien dengan plasenta
acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau
abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID.
Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya
pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
-
Mulai Infus I atau 2 i.v dari
cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena
sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat,
trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari
cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah
pembekuan.
-
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi :
Oksitoksin, Metilergononovin maleat,
Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang
menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan
hemoragi pada adanya atonia.
Magnesium sulfat
Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4
memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
Terapi Antibiotik.
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk
mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan
atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
-
Pantau pemeriksaan laboratotium
sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu
dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.
2.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan hipovalemia
Intervensi :
-
Perhatikan Hb/Ht sebelum dan
sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya
kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen.
-
Pantau tanda vital; catat derajat
dan durasi episode hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi
pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
-
Perhatikan tingkat kesadaran dan
adanya perubahan prilaku.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari
hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2
turun dibawah 50 mmHg.
-
Kaji warna dasar kuku, mukosa
mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ
vital, sirkulasii pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis
dan suhu kulit dingin.
-
Beri terapi oksigen sesuai
kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
transpor sirkulasi kejaringan.
-
Pasang jalan napas; penghisap
sesuai indikasi
Rasional :
Memudahkan pemberian oksigen.
3.
Ancietas berhubungan dengan
ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :
-
Evaluasi respon psikologis serta
persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan
koinsep.
Rasional : Membantu
dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin
menyimpang, memperberat ancietasnya.
-
Evaluasi respon fisiologis pada
hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau
iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin
karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
faktor-faktor psikologis.
-
Sampaikan sikap tenang, empati dan
mendukung.
Rasional : Dapat
membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap
perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar
pribadi.
-
Bantu klien dalam mengidentifikasi
perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk
memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan
perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.
4.
Nyeri berhubungan dengan trauma
atau distensi jaringan.
Intervensi :
-
Tentukan karakteristik, tipe,
lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap,
perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan
metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari
hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal
mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian
placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan
inversio uterus.
-
Kaji kemungkinan penyebab
psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi
darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi
ketidaknyamanan.
-
Berikan tindakan kenyamanan
seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan
episiotomi.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan
menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang
memudahkan resorbsi hematoma.
-
Berikan analgesik, narkotik, atau
sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan
relaksasi.
5.
Resiko tinggi terjadi Infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi :
-
Demonstrasikan mencuci tangan yang
tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani
dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan
balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran
organinisme infeksious.
-
Perhatikan perubahan pada tanda
vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua
hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia,
atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
-
Perhatikan gejala malaise,
mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan
sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak
teratasi.
-
Selidiki sumber potensial lain
dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif,
sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran
kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk
pengobatan yang efektif.
-
Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan
suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat
pemulihan dan merusak sistem imun.
6.
Kurang Pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Intervensi :
-
Jelaskan faktor predisposisi atau
penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan
memahami dan mengatasi situasi.
-
Kaji tingkat pengetahuan klien,
kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang,
dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk
mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang
menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk
meningkatkan pemahaman.
-
Diskusikan implikasi jangka pendek
dari hemoragi pasca partum, seperti perlambatan atau intrupsi pada proses
kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan
bayinya segera sesuai keinginannya).
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka
waktu yang realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan
bayi.
-
Diskusikan implikasi jangka
panjang hemoragi pasca partum dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca
partum pada kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk
melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian
masa lalu dan sekarang.
II. 5 Penatalaksanaan
Langkah-langkah penatalaksanaan :
a.
Lakukan masase pada fundus uteri
segera setelah placenta lahir.
b.
Mengeluarkan semua darah beku atau
selaput yang menyumbat jalan lahir (uterus).
c.
Lakukan kompresi bimanual interna
1 – 2 menit, jika tak berkontraksi lanjutnya sampai dengan 5 menit.
d.
Jika uterus sudah berkontraksi
tarik tangan keluar. Observasi tiap 5 menit.
e.
Jika uterus tak berkontraksi
setelah 5 menit suruh anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal.
f.
Berikan Matergin 0,2 mg IM jika
tidak hipertensi. Infus RL + 20 iu Oksitoksin.
g.
Jika atonia uteri tidak teratasi
setelah enam langkah pertama lanjutkan kompresi bimanual interna.
h.
Rujuk segera ke RS.
i.
Teruskan cairan i.v. hingga ibu
mencapai tempat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu sebagai berikut:
ü Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau
uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah
ditempat implantasi placenta tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi
tidak terkendali.
ü Beberapa faktor penyebab atonia uteri yaitu;
-
Faktor yang menyebabkan uterus
membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk polihydramnion, kehamilan
gemeli dan janin besar (makrosomia).
-
Kala I dan/atau II persalinan yang
memanjang.
-
Persalinan cepat.
-
Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
-
Infeksi intra partum
-
Multiparitas tinggi atau
grandemultipara.
ü Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah
kekurangan volume cairan tubuh, gangguan perfusi jaringan, ancietas, resiko
terjadi Infeksi, nyeri, dan kurangnya pengetahuan.
III.2 Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang atonia uteri
sebagai salah satu penyebab utama perdarahan post partum yang juga sebagai
penyebab tersering kematian pada ibu setelah melahirkan. Dan kepada ibu dosen
pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran
guna melengkapi pengetahuan tentang atonia uteri terutama yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan secara umum, dan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami
atonia uteri.
DAFTAR
PUSTAKA
1
Asuhan Persalinan Normal, Penerbit JNPK – KR, Jakarta, 2002
2
Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan
Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth, Yayasan
Essenta Medika, 1990
3
I.M.S. Murah Manoe, Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, FK UNHAS, Makassar, 1999.
4
Muliyati, Bahan Kuliah
Keperawatan Maternitas II, Makassar, 2005.
5 Dongoes, Konsep Keperawatan Maternal,
EGC, Jakarta, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar